Salah satu
pendekatan dalam Bimbingan dan Konseling adalah pendekatan Behavioral.
Pendekatan ini menekankan pada perubahan perilaku yang spesifik. Perilaku
dipandang sebagai respon terhadap stimulasi atau perangsangan eksternal dan
internal. Maka dari itu, pendekatan Behavioral bertujuan untuk mengaitkan
antara stimulus – respon (S-R) sebaik mungkin. Namun, pada perjalananya
perilaku manusia tidak hanya dipengaruhi oleh stimulus (S) saja, perlu adanya reinforcement (penguatan) untuk
mengahasilkan respon (R). Reinforcement
bisa diwujudkan melalui pemberian reward
(hadiah) dan punishment (hukuman).
Salah satu
teknik pendekatan Behavioral adalah Aversion
Therapy. Teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku yang negatif dan
memperkuat perilaku positif. Berkaitan dengan adanya reinforcement (penguatan), teknik ini tidak hanya dapat dilakukan
dalam lingkup Bimbingan dan Konseling di sekolah saja, bahkan dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh
riil dari teori ini adalah pengalaman di keluarga saya. Ayah saya adalah
seorang yang fanatik terhadap agama. Segala cara akan dilakukan agar
anak-anaknya mau beribadah sesuai ajaran, seperti sholat, mengaji, dan lain
sebagainya. Saya bisa mengamati secara langsung cara menddik Ayah saya terhadap
adik saya.
Sejak kecil adik
saya sudah diberikan proses belajar oleh Ayah saya. Ayah selalu menomor satukan
pendidikan agama dan kemudian dilanjutkan dengan pendidikan dunia. Umur 2 tahun
adik saya sudah diajarkan untuk membaca huruf Arab, caranya adalah dengan
membuat potongan-potongan kertas seukuran kartu Remi. Kemudian masing-masing
kertas berisi huruf Arab dengan warna yang mencolok dan bentuk yang begitu
jelas. Ayah saya begitu menekuni cara seperti ini sampai akhirnya Adik saya
benar-benar bisa membaca Alquran.
Disadari atau
tidak sebenarnya sudah ada unsur pendekatan Behavioral didalamnya, terlebih
lagi Ayah saya tidak pernah lepas dari reward (hadiah). Ayah saya selalu
memberikan reinforcement (penguatan)
berbentuk hadiah kepada anak-anaknya. Dampak positif yang saya rasakan adalah,
saya mendapatkan motivasi yang besar dari orang tua saya, tapi dampak
negatifnya adalah hingga saya kuliah semester 4 ini, saya masih selalu memeinta
hadiah saat saya mendapat prestasi. Kata Ayah saya, dulu saya juga diperlakukan
sama dengan adik saya, dari mulai belajar mengaji sampai belajar membaca.
Dan cara terbaru yang dilakukan ayah saya kepada adik saya adalah
memberikan tarif hadiah kepada adik saya. Penasaran? Ini dia tarifnya..
TARIF HADIAH
Hafalan
|
Tarif
|
Surat Attin
|
Rp 5000
|
Surat Alfiil
|
Rp 6000
|
Surat Al Humazah
|
Rp 7000
|
Surat Al ghosyiah
|
Rp 10.000
|
Surat A’la
|
Rp 10.000
|
Surat Attakatzur
|
Rp 7000
|
Surat Yaa Siin
|
Rp 50.000
|
Surat Al Mulk
|
Rp 50.000
|
Juz ‘Amma
|
Rp 300.000
|
Alqur’an
|
Rp 1.000.000
|
Hal ini
dilakukan Ayah saya karena selama liburan sekolah adik saya hanya bisa minta
uang untuk beli jajanan dan main diluar rumah, dengan adanya tarif hadiah ini adik saya langsung termotivasi,
buru-buru ambil air wudhu dan menghafalkannya. Alhasil tidak ada 10 menit adik
saya sudah mengantongi uang Rp 11.000. Tertarik??
Kalau cara yang
ini, sepertinya saya belum pernah mendapatkannya dari ayah saya. Berarti ini
adalah cara ter up-to-date dari Ayah
saya. Ternyata ilmu tentang Bimbingan dan Konseling secara tidak langsung dan
disadari atau tidak, telah ada dalam kehidupan sehari-hari. Semoga bermanfaat
bagi para orang tua yang sedang bingung mendidik anaknya yang mungkin agak “bandel”
seperti adik saya. Dan khususnya bermanfaat bagi saya kelak ketika jadi orang
tua.